SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT BAGI SEMUA PENGUNJUNG

Sunday 2 March 2014

Biografi Ahok



Ahok


           Ahok terlahir dari pasangan Bpk Indra Tjahaja Purnama alias Zhong Kim Nam (Alm) dan Buniarti Ningsih (Bun Nen Caw). Ahok adalah anak pertama dari empat bersaudara. Ia memiliki tiga orang adik, ialah dr.Basuri Tjahaja Purnama M.Gizi.Sp.Gk (dokter PNS dan Bupati di Kabupaten Belitung Timur), Fifi Lety, S.H, L.L.M (Praktisi hukum), Harry Basuki, M.B.A (praktisi dan konsultan bidang pariwisata dan perhotelan). Ahok merupakan keturunan etnis Tionghoa – Indonesia asli suku Hakka (Kejia).

Sebelum masuk ke bangku kuliah, Ahok menikmati masa – masa kecil di sebuah desa bernama Desa Gantung, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Kemudian, Ahok menimba ilmu di kota Jakarta ketika ia menginjak bangku SLTA, berlanjut sampai ia masuk perguruan tinggi. 



Setelah selesai dari SLTA, ia kemudian kuliah di Universitas Trisakti. Ahok menyelesaikan gelar insinyurnya dari Universitas Trisakti. Ia mengambil jurusan Tehnik Geologi dengan memilih Fakultas Tehnologi Mineral. Pada tahun 1989 Ahok di wisuda dan kembali ke kampung halamannya di Belitung.

Ahok kemudian menyelesaikan S-2 di bidang manajemen keuangan dua tahun kemudian di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya Jakarta. Setelah meraih gelar Magister Manajemen Ahok bekerja di PT.Simaxindo Primadaya di Jakarta. PT.Simaxindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik dengan memegang jabatan sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek. 

Sebagai persiapan membangun pabrik miliknya Gravel Pack Sand (GPS), pertama ia mendirikan PT.Nurindra Ekapersada pada tahun 1992. Tiga tahun kemudian, tepatnya 1995, Basuki berhenti sebagai karyawan dari PT.Simaxindo Primadaya. Kemudian Basuki mendirikan pabrik pertamanya di Belitung yang merupakan pengolahan pasir kuarsa di Dusun Burung Mandi, Desa Mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur.  Tercatat lokasi ini ke depannya akan menjadi kawasan industri dan pelabuhan samudera yang lebih di kenal  dengan Kawasan Industri Air Kelik (KIAK).

Kawasan Industri Air Kelik (KIAK) pertama kali di bangun pada tahun 2004 dengan menggandeng seorang investor asal Korea. Investor tersebut membangun Tin Smelter atau peleburan bijih timah. Sampai saat ini kawasan industri KIAK terkenal karena menyediakan fasilitas komplek pabrik dan pergudangan yang bertaraf Internasional. 


Dunia politik mulai di jajaki oleh Ahok dengan pertama kali bergabung bersama Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai PIB). Partai ini di dirikan oleh Sjahrir (Alm). Dalam Partai PIB, Ahok berperan sebagai ketua DPC Kabupaten Belitung Timur. Kemudian langkahnya di dunia politik semakin mantap karena berhasil terpilih sebagai anggota legislatif DPRD Kabupaten Belitung Timur untuk masa bakti 2004 – 2009.  
 
Semasa ada kesempatan untuk menjadi Kepala Daerah untuk menjadi Bupati – Wakil Bupati Belitung Timur untuk masa bakti 2005 - 2010. Ahok maju dengan berpasangan bersama Khairul Effendi,B.Sc yang berasal dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK). Pasangan Ahok – Effendi mampu mengalahkan pasangan lain dengan mengantongi suara mayoritas 37,13% suara. Mereka mampu manjadi pasangan dengan suara mayoritas bahkan di wilayah yang awalnya di kuasai oleh Partai Bulan Bintang (PBB). Namun belum lama Ahok menjabat sebagai Bupati Kabupaten Belitung Timur. Ia kemudian menyerahkan jabatannya kepada wakilnya, Khairul Effendi, untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007. Tepatnya Ahok resmi tidak bertugas sebagai Bupati per tanggal 22 Desember 2006.  

Ahok mendapat dukungan penuh dari mantan Presiden K.H Abdurrahman Wahid (Gusdur). Gusdur mendukung penuh langkah Ahok sebagai calon Gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007, bahkan Gusdur aktif ikut berkampanye. Sayangnya Ahok masih kalah dari saingannya, Eko Maulana Ali. Ahok juga sempat menulis sebuah buku biografi yang berjudul “Merubah Indonesia”. Sebelum akhirnya Ahok mencalonkan diri pada tahun 2012 sebagi Wakil Gubernur DKI Jakarta dengan berpasangan bersama Joko Widodo.   

 

Langkah Ahok yang secara nyata mampu memberikan karya nyata bagi masyarakat langsung mendapat apresiasi dari beberapa kalangan. Pada tanggal 1 Februari 2007, Ahok menerima penghargaan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari Tiga Pilar Kemitraan yang terdiri dari : Masyarakat Transparansi Indonesia, KADIN, serta Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara.

Pelayanan yang di rasakan oleh masyarakat adalah di bidang kesehatan dan pendidikan yang di gratiskan. Apresiasi ini juga sebagai bukti bahwa Ahok telah mengikis kemungkinan korupsi yang bisa saja di lakukan oleh pemerintah daerah karena banyak tunjangan yang harusnya di nikmati oeh pejabat, di alihkan untuk kepentingan pendidikan dan kesehatan masyarakat. Majalah Tempo juga menganugrahinya 10 Tokoh yang mampu mengubah Indonesia.

  

Sebagai pengusaha di tahun 1995 ia mengalami sendiri pahitnya berhadapan dengan politik dan birokrasi yang korup. Pabriknya ditutup karena ia melawan kesewenang-wenangan pejabat. Sempat terpikir olehnya untuk hijrah dari Indonesia ke luar negeri, tetapi keinginan itu ditolak oleh sang ayah yang mengatakan bahwa satu hari rakyat akan memilih Ahok untuk memperjuangkan nasib mereka.
Dikenal sebagai keluarga yang dermawan di kampungnya, sang ayah yang dikenal dengan nama Kim Nam, memberikan ilustrasi kepada Ahok. Jika seseorang ingin membagikan uang 1 milyar kepada rakyat masing-masing 500 ribu rupiah, ini hanya akan cukup dibagi untuk 2000 orang. Tetapi jika uang tersebut digunakan untuk berpolitik, bayangkan jumlah uang di APBD yang bisa dikuasai untuk kepentingan rakyat. APBD kabupaten Belitung Timur saja mencapai 200 milyar di tahun 2005.


Bermodal keyakinan bahwa orang miskin jangan lawan orang kaya dan orang kaya jangan lawan pejabat (paham Kong Hu Cu), keinginan untuk membantu rakyat kecil di kampungnya, dan juga kefrustasian yang mendalam terhadap kesemena-menaan pejabat yang ia alami sendiri, Ahok memutuskan untuk masuk ke politik di tahun 2003.
Pertama-tama ia bergabung dibawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) yang saat itu dipimpin oleh Dr. Sjahrir. Pada pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Dengan keuangan yang sangat terbatas dan model kampanye yang lain dari yang lain, yaitu menolak memberikan uang kepada rakyat, ia terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009.
 


Dalam pemilu legislative 2009 ia maju sebagai caleg dari Golkar. Meski awalnya ditempatkan pada nomor urut keempat dalam daftar caleg (padahal di Babel hanya tersedia 3 kursi), ia berhasil mendapatkan suara terbanyak dan memperoleh kursi DPR berkat perubahan sistem pembagian kursi dari nomor urut menjadi suara terbanyak.
Selama di DPR, ia duduk di komisi II. Ia dikenal oleh kawan dan lawan sebagai figur yang apa adanya, vokal, dan mudah diakses oleh masyarakat banyak. Lewat kiprahnya di DPR ia menciptakan standard baru bagi anggota-anggota DPR lain dalam anti-korupsi, transparansi dan profesionalisme. Ia bisa dikatakan sebagai pioner dalam pelaporan aktivitas kerja DPR baik dalam proses pembahasan undang-undang maupun dalam berbagai kunjungan kerja. Semua laporan bisa diakses melalui websitenya. Sementara itu, staf ahlinya bukan hanya sekedar bekerja menyediakan materi undang-undang tetapi juga secara aktif mengumpulkan informasi dan mengadvokasi kebutuhan masyarakat. Saat ini, salah satu hal fundamental yang ia sedang perjuangkan adalah bagaimana memperbaiki sistem rekrutmen kandidat kepala daerah untuk mencegah koruptor masuk dalam persaingan pemilukada dan membuka peluang bagi individu-individu idealis untuk masuk merebut kepemimpinan di daerah.
Ahok berkeyakinan bahwa perubahan di Indonesia bergantung pada apakah individu-individu idealis berani masuk ke politik dan ketika di dalam berani mempertahankan integritasnya. Baginya, di alam demokrasi, yang baik dan yang jahat memiliki peluang yang sama untuk merebut kepemimpinan politik. Jika individu-individu idealis tidak berani masuk, tidak aneh kalau sampai hari ini politik dan birokrasi Indonesia masih sangat korup. Oleh karena itu ia berharap model berpolitik yang ia sudah jalankan bisa dijadikan contoh oleh rekan-rekan idealis lain untuk masuk dan berjuang dalam politik. Sampai hari ini ia masih terus berkeliling bertemu dengan masyarakat untuk menyampaikan pesan ini dan pentingnya memiliki pemimpin yang bersih, transparan, dan profesional.
Di tahun 2006, Ahok dinobatkan oleh Majalah TEMPO sebagai salah satu dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia. Di tahun 2007 ia dinobatkan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari penyelenggara negara oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan yang terdiri dari KADIN, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Masyarakat Transparansi Indonesia. Melihat kiprahnya, kita bisa mengatakan bahwa berpolitik ala Ahok adalah berpolitik atas dasar nilai pelayanan, ketulusan, kejujuran, dan pengorbanan; bukan politik instan yang sarat pencitraan.
Sumber : 
http://ahok.org/tentang-ahok/siapa-ahok
Baca Buku Ahok “Merubah Indonesia: Kisah Hidup Ahok” di :
http://jokowi.ahokdki1.org/buku
 

semoga dapat bermanfaat bagi sobat2

 

No comments:

Post a Comment

KLIK