Ahok |
Ahok terlahir dari pasangan Bpk
Indra Tjahaja Purnama alias Zhong Kim Nam (Alm) dan Buniarti Ningsih (Bun Nen
Caw). Ahok adalah anak pertama dari empat bersaudara. Ia memiliki tiga orang
adik, ialah dr.Basuri Tjahaja Purnama M.Gizi.Sp.Gk (dokter PNS dan Bupati di
Kabupaten Belitung Timur), Fifi Lety, S.H, L.L.M (Praktisi hukum), Harry
Basuki, M.B.A (praktisi dan konsultan bidang pariwisata dan perhotelan). Ahok
merupakan keturunan etnis Tionghoa – Indonesia asli suku Hakka (Kejia).
Sebelum masuk ke bangku kuliah, Ahok
menikmati masa – masa kecil di sebuah desa bernama Desa Gantung, Kecamatan
Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Kemudian, Ahok menimba ilmu di kota Jakarta
ketika ia menginjak bangku SLTA, berlanjut sampai ia masuk perguruan tinggi.
Setelah selesai dari SLTA, ia
kemudian kuliah di Universitas Trisakti. Ahok menyelesaikan gelar insinyurnya
dari Universitas Trisakti. Ia mengambil jurusan Tehnik Geologi dengan memilih
Fakultas Tehnologi Mineral. Pada tahun 1989 Ahok di wisuda dan kembali ke
kampung halamannya di Belitung.
Ahok kemudian menyelesaikan S-2 di bidang
manajemen keuangan dua tahun kemudian di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya
Mulya Jakarta. Setelah meraih gelar Magister Manajemen Ahok bekerja di
PT.Simaxindo Primadaya di Jakarta. PT.Simaxindo merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik dengan memegang
jabatan sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek.
Sebagai persiapan membangun pabrik
miliknya Gravel Pack Sand (GPS), pertama ia mendirikan PT.Nurindra Ekapersada
pada tahun 1992. Tiga tahun kemudian, tepatnya 1995, Basuki berhenti sebagai
karyawan dari PT.Simaxindo Primadaya. Kemudian Basuki mendirikan pabrik
pertamanya di Belitung yang merupakan pengolahan pasir kuarsa di Dusun Burung
Mandi, Desa Mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur. Tercatat lokasi ini ke depannya akan menjadi
kawasan industri dan pelabuhan samudera yang lebih di kenal dengan Kawasan Industri Air Kelik (KIAK).
Kawasan Industri Air Kelik (KIAK)
pertama kali di bangun pada tahun 2004 dengan menggandeng seorang investor asal
Korea. Investor tersebut membangun Tin Smelter atau peleburan bijih timah.
Sampai saat ini kawasan industri KIAK terkenal karena menyediakan fasilitas
komplek pabrik dan pergudangan yang bertaraf Internasional.
Dunia politik mulai di jajaki oleh
Ahok dengan pertama kali bergabung bersama Partai Perhimpunan Indonesia Baru
(Partai PIB). Partai ini di dirikan oleh Sjahrir (Alm). Dalam Partai PIB, Ahok
berperan sebagai ketua DPC Kabupaten Belitung Timur. Kemudian langkahnya di
dunia politik semakin mantap karena berhasil terpilih sebagai anggota
legislatif DPRD Kabupaten Belitung Timur untuk masa bakti 2004 – 2009.
Semasa ada kesempatan untuk menjadi
Kepala Daerah untuk menjadi Bupati – Wakil Bupati Belitung Timur untuk masa
bakti 2005 - 2010. Ahok maju dengan berpasangan bersama Khairul Effendi,B.Sc
yang berasal dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK). Pasangan Ahok –
Effendi mampu mengalahkan pasangan lain dengan mengantongi suara mayoritas
37,13% suara. Mereka mampu manjadi pasangan dengan suara mayoritas bahkan di
wilayah yang awalnya di kuasai oleh Partai Bulan Bintang (PBB). Namun belum
lama Ahok menjabat sebagai Bupati Kabupaten Belitung Timur. Ia kemudian
menyerahkan jabatannya kepada wakilnya, Khairul Effendi, untuk maju dalam
Pemilihan Gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007. Tepatnya Ahok resmi tidak bertugas
sebagai Bupati per tanggal 22 Desember 2006.
Ahok mendapat dukungan penuh dari
mantan Presiden K.H Abdurrahman Wahid (Gusdur). Gusdur mendukung penuh langkah
Ahok sebagai calon Gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007, bahkan Gusdur
aktif ikut berkampanye. Sayangnya Ahok masih kalah dari saingannya, Eko Maulana
Ali. Ahok juga sempat menulis sebuah buku biografi yang berjudul “Merubah
Indonesia”. Sebelum akhirnya Ahok mencalonkan diri pada tahun 2012 sebagi Wakil
Gubernur DKI Jakarta dengan berpasangan bersama Joko Widodo.
Langkah Ahok yang secara nyata mampu
memberikan karya nyata bagi masyarakat langsung mendapat apresiasi dari
beberapa kalangan. Pada tanggal 1 Februari 2007, Ahok menerima penghargaan
sebagai Tokoh Anti Korupsi dari Tiga Pilar Kemitraan yang terdiri dari :
Masyarakat Transparansi Indonesia, KADIN, serta Kementerian Negara Pemberdayaan
Aparatur Negara.
Pelayanan yang di rasakan oleh
masyarakat adalah di bidang kesehatan dan pendidikan yang di gratiskan.
Apresiasi ini juga sebagai bukti bahwa Ahok telah mengikis kemungkinan korupsi
yang bisa saja di lakukan oleh pemerintah daerah karena banyak tunjangan yang
harusnya di nikmati oeh pejabat, di alihkan untuk kepentingan pendidikan dan
kesehatan masyarakat. Majalah Tempo juga menganugrahinya 10 Tokoh yang mampu
mengubah Indonesia.
Sebagai pengusaha di tahun 1995 ia
mengalami sendiri pahitnya berhadapan dengan politik dan birokrasi yang korup.
Pabriknya ditutup karena ia melawan kesewenang-wenangan pejabat. Sempat
terpikir olehnya untuk hijrah dari Indonesia ke luar negeri, tetapi keinginan
itu ditolak oleh sang ayah yang mengatakan bahwa satu hari rakyat akan memilih
Ahok untuk memperjuangkan nasib mereka.
Dikenal sebagai keluarga yang dermawan di
kampungnya, sang ayah yang dikenal dengan nama Kim Nam, memberikan
ilustrasi kepada Ahok. Jika seseorang ingin membagikan uang 1 milyar kepada
rakyat masing-masing 500 ribu rupiah, ini hanya akan cukup dibagi untuk 2000
orang. Tetapi jika uang tersebut digunakan untuk berpolitik, bayangkan jumlah
uang di APBD yang bisa dikuasai untuk kepentingan rakyat. APBD kabupaten
Belitung Timur saja mencapai 200 milyar di tahun 2005.
Bermodal keyakinan bahwa orang
miskin jangan lawan orang kaya dan orang kaya jangan lawan pejabat (paham
Kong Hu Cu), keinginan untuk membantu rakyat kecil di kampungnya, dan juga
kefrustasian yang mendalam terhadap kesemena-menaan pejabat yang ia alami
sendiri, Ahok memutuskan untuk masuk ke politik di tahun 2003.
Pertama-tama ia bergabung dibawah
bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) yang saat itu dipimpin oleh
Dr. Sjahrir. Pada pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
Dengan keuangan yang sangat terbatas dan model kampanye yang lain dari yang
lain, yaitu menolak memberikan uang kepada rakyat, ia terpilih menjadi anggota
DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009.

Dalam pemilu legislative 2009 ia
maju sebagai caleg dari Golkar. Meski awalnya ditempatkan pada nomor urut
keempat dalam daftar caleg (padahal di Babel hanya tersedia 3 kursi), ia
berhasil mendapatkan suara terbanyak dan memperoleh kursi DPR berkat perubahan
sistem pembagian kursi dari nomor urut menjadi suara terbanyak.
Selama di DPR, ia duduk di komisi
II. Ia dikenal oleh kawan dan lawan sebagai figur yang apa adanya, vokal, dan
mudah diakses oleh masyarakat banyak. Lewat kiprahnya di DPR ia menciptakan
standard baru bagi anggota-anggota DPR lain dalam anti-korupsi, transparansi
dan profesionalisme. Ia bisa dikatakan sebagai pioner dalam pelaporan aktivitas
kerja DPR baik dalam proses pembahasan undang-undang maupun dalam berbagai
kunjungan kerja. Semua laporan bisa diakses melalui websitenya. Sementara itu,
staf ahlinya bukan hanya sekedar bekerja menyediakan materi undang-undang
tetapi juga secara aktif mengumpulkan informasi dan mengadvokasi kebutuhan
masyarakat. Saat ini, salah satu hal fundamental yang ia sedang perjuangkan
adalah bagaimana memperbaiki sistem rekrutmen kandidat kepala daerah untuk
mencegah koruptor masuk dalam persaingan pemilukada dan membuka peluang bagi
individu-individu idealis untuk masuk merebut kepemimpinan di daerah.
Ahok berkeyakinan bahwa perubahan di
Indonesia bergantung pada apakah individu-individu idealis berani masuk ke
politik dan ketika di dalam berani mempertahankan integritasnya. Baginya, di
alam demokrasi, yang baik dan yang jahat memiliki peluang yang sama untuk
merebut kepemimpinan politik. Jika individu-individu idealis tidak berani
masuk, tidak aneh kalau sampai hari ini politik dan birokrasi Indonesia masih
sangat korup. Oleh karena itu ia berharap model berpolitik yang ia sudah
jalankan bisa dijadikan contoh oleh rekan-rekan idealis lain untuk masuk dan
berjuang dalam politik. Sampai hari ini ia masih terus berkeliling bertemu
dengan masyarakat untuk menyampaikan pesan ini dan pentingnya memiliki pemimpin
yang bersih, transparan, dan profesional.
Di tahun 2006, Ahok dinobatkan oleh Majalah TEMPO sebagai salah satu dari 10
tokoh yang mengubah Indonesia. Di tahun 2007 ia dinobatkan sebagai Tokoh Anti
Korupsi dari penyelenggara negara oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan yang
terdiri dari KADIN, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Masyarakat
Transparansi Indonesia. Melihat kiprahnya, kita bisa mengatakan bahwa berpolitik
ala Ahok adalah berpolitik atas dasar nilai pelayanan, ketulusan, kejujuran,
dan pengorbanan; bukan politik instan yang sarat pencitraan.
Sumber : http://ahok.org/tentang-ahok/siapa-ahok
Baca Buku Ahok “Merubah Indonesia: Kisah Hidup Ahok” di : http://jokowi.ahokdki1.org/buku
Sumber : http://ahok.org/tentang-ahok/siapa-ahok
Baca Buku Ahok “Merubah Indonesia: Kisah Hidup Ahok” di : http://jokowi.ahokdki1.org/buku
semoga dapat bermanfaat bagi sobat2
No comments:
Post a Comment