Ikhwan wa akhwatifillah, Sungguh setiap manusia yang Allah ciptakan di bumi ini
pada hakikatnya memiliki hati. Dengan hati, manusia dapat merasakan cinta,
kasih sayang dan juga merasakan sakit yang luar biasa. Selama hati dalam
keadaan hidup, lembut, jernih dan bercahaya maka manusia akan mudah untuk
melawan hawa nafsu dan selalu ingat kepada-Nya karena Allah telah menjaga
dengan mencintainya. Sedangkan jika hati manusia mulai keras, keruh, gelap
apalagi buta, maka manusia itu akan tersesat jauh hingga tak ada kebenaran yang
dapat diterimanya kecuali dengan kehendak Allah.
Ali bin abi thalib pernah berkata, “Sesungguhnya
Allah SWT memiliki bejana di bumi-Nya, yaitu hati. Maka, hati yang
paling dicintai-Nya adalah hati yang paling lembut, jernih, dan kukuh.”
Kemudian ditafsirkanya, bahwa yang
dimaksud paling jernih adalah hati yang paling jernih dalam keyakinan, paling
lembut adalah paling lembut kepada saudaranya dan paling kukuh adalah yang
paling kukuh dalam agama.
Diriwayatkan dalam hadits : “Hati
orang beriman itu mulus, di dalamnya terdapat cahaya yang terang.
Sedangkan hati orang kafir itu hitam dan terbalik.” (HR. Ahmad dan
Thabrani)
Kita juga dapat melihat dalam
Al-Quran bagaimana gambaran hati orang-orang yang beriman.
“… adalah mereka yang apabila
disebut nama Allah gemetar hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat-Nya bertambah iman mereka.”
(QS. Al-Anfal: 2)
Sementara itu Al-Quran juga telah
memberi gambaran hati orang-orang kafir.
“… karena sesungguhnya bukanlah mata
itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Haj:46)
Kalau begitu keadaannya, yang
menjadi pertanyaan adalah ada di manakah hati kita saat ini? Bergetarkah hati
itu saat mendengar asma Allah, bertambahkah iman itu saat saudara di
sekitar mengingatkan kebaikan dengan ayat-ayat-Nya? Bisa jadi aktivitas kita
adalah nampak aktivitas dakwah, tapi tidak menutup kemungkinan ruhiyah
kita kosong, dan iman kita dalam keadaan lemah. Karena yang kita pahami bukan
hakikat dakwah melaikan sekadar aktivitas dakwah.
Ikhwah, bukankah seperti ini harusnya yang selalu menjadi
perhatian para pelaku dakwah? Jangan sampai lidah itu selalu berkata benar
tetapi hati tak karuan ke mana arahnya. Ingatkah dengan firman Allah: “Hai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada
kamu kerjakan.” (QS. As-shaff: 2-3)
Jangan sampai yang menjadi pelaku
dakwah justru masuk jauh dalam kemunafikan yang keberadaannya sangat dibenci
Allah SWT. Mudah-mudahan kita semua termasuk orang-orang yang memiliki hati
yang lembut, jernih, dan kukuh. Hingga kelak Allah memanggil kita dengan
sebaik-baiknya panggilan dan kita akan memperoleh satu dari dua kebaikan dakwah
yaitu “tujuan” atau “mati syahid”. Wallahu a’lam.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/10/13/58280/hati-membuat-cinta-dan-sengsara/#ixzz3G4MGd9pv
No comments:
Post a Comment